Dalam hidup, tidak semua hal dilakukan karena imbalan. Tidak semua tindakan digerakkan oleh kepentingan, pencitraan, atau sekadar ingin terlihat baik. Saya pribadi memilih untuk berjalan di jalur yang sedikit berbeda—melakukan segala sesuatu bukan karena saya dibayar, tetapi karena saya benar-benar ingin melakukannya.
Bukan pula untuk pujian atau apresiasi, melainkan sebagai bentuk syukur atas satu anugerah yang sangat saya hargai: kemampuan untuk berpikir dan bertindak. Saya percaya, ketika kita diberi pikiran dan tenaga yang sehat, kita punya tanggung jawab moral untuk menggunakannya sebaik mungkin, dengan niat yang tulus, dan dengan semangat memberi dampak—sekecil apa pun itu—kepada orang lain. Bahkan jika mereka tidak pernah mengenal kita.
Ini adalah cara saya menikmati hidup. Bukan dalam kemewahan atau kenyamanan semata, tetapi dalam kebermanfaatan. Dalam rasa puas melihat sesuatu berubah menjadi lebih baik karena kita mau terlibat. Dalam keheningan setelah kerja keras yang mungkin tak semua orang lihat, tetapi hati tahu bahwa itu berarti.
Sejak tahun 2016, saya bersama teman-teman merintis Komunitas Tawak Borneo. Sebuah ruang kecil yang tumbuh menjadi wadah besar bagi gagasan, kolaborasi, dan gerakan sosial-budaya di tanah kelahiran kami. Dalam proses itu, saya tidak pernah berjalan sendiri. Ada banyak tangan yang turut mengulurkan dukungan, memberi masukan, menyumbang pemikiran.
Terima kasih saya sampaikan kepada semua yang telah dan terus membersamai perjalanan ini. Terutama para senior di Yogyakarta, Sekretariat Bersama Pelajar Mahasiswa Kalimantan Barat di Yogyakarta J.V. Oevaang Oeray, serta forum-forum mahasiswa Kalimantan lainnya di Yogyakarta. Jejak kalian adalah pijakan awal yang kuat bagi kami untuk berani melangkah.
Perjalanan ini belum selesai. Masih banyak yang ingin dan perlu dilakukan. Tapi selama niat ini tetap terjaga, dan selama rasa syukur ini terus hidup, saya yakin—apa pun bentuknya—kita sedang membangun sesuatu yang berarti.
Salam hangat,
Vero Aprolonius | Founder Tawak Borneo